Rangkaian Tiga Hari Merayakan Kreativitas Kota Jogja: Kesuksesan The Rooftop Festival 2025
- Administrator
- Selasa, 29 Juli 2025 19:27
- 37 Lihat
- Liputan

Aktivasi Ruang Publik Kreatif di Atap Pasar Prawirotaman
The Rooftop Festival yang berlangsung pada 25–27 Juli 2025 di Rooftop Pasar Prawirotaman sukses menjadi ruang temu lintas komunitas di Kota Yogyakarta. Diselenggarakan oleh UPT Pusat Bisnis Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta bersama berbagai komunitas seni, budaya, dan lingkungan, festival ini menjadi bagian dari aktivasi ruang publik baru di lantai empat pasar rakyat tersebut — menghadirkan atmosfer kolaboratif, terbuka, dan reflektif dari ketinggian kota.
Hari Pertama: Ritual Budaya, Fashion Kontemporer, dan Parade Cosplay
Festival dibuka pada Jumat, 25 Juli 2025 pukul 14.30 WIB oleh Kepala UPT Pusat Bisnis, Agung Dini Wahyudi, yang dalam sambutannya menegaskan pentingnya menciptakan ruang bersama yang mendukung ekspresi komunitas urban. Pembukaan ditandai dengan pemukulan kenong sebagai simbol dimulainya festival.
Setelah itu, panggung utama langsung diisi oleh pertunjukan Taman Sesaji Nusantara dari Surya Sakethi — ritual budaya yang menyatukan mantra, musik, dan simbol-simbol alam. Penampilan dilanjutkan oleh Keroncong SMM yang membawa lagu-lagu keroncong pop disertai magic show yang menghibur seluruh usia.
Sore hari, muralis Adit Doodleman mulai mengerjakan karya visual langsung di dinding rooftop, yang akan tumbuh sepanjang hari-hari festival. Fashion show Paheman Mandracarita menampilkan busana Jawa kontemporer yang memadukan estetika tradisional dan gaya urban.
Memasuki malam, Wayang Polah menyuguhkan DJ set dengan proyeksi visual berbasis wayang pop yang eksperimental dan unik. Hari pertama ditutup secara meriah oleh E-Qourz, komunitas cosplay dan dance yang menyajikan parade karakter ikonik, musik elektronik, dan koreografi teatrikal yang membakar semangat penonton.
Hari Kedua: Kreasi Anak, Film Komunitas, dan Musik Akustik
Sabtu, 26 Juli 2025, dibuka dengan workshop kreatif membuat wayang dari bahan bekas oleh Wayang Merdeka, memperkenalkan prinsip daur ulang kepada peserta muda. Teater anak “Layangan” dari Sanggar Obah membawa imajinasi masa kecil ke panggung, diikuti oleh tarian kontemporer dari Sanggar Sangger yang enerjik.
Penampilan musik sore diisi oleh Home Band dari UPT Pusat Bisnis, membawakan lagu-lagu populer yang menghangatkan suasana rooftop. Menjelang malam, Komunitas Pohon menggelar pemutaran film dokumenter kampung dan diskusi lingkungan yang menyentuh isu-isu akar rumput di kota.
Hari kedua ditutup dengan manis oleh penampilan Aku Sara, solois indie dengan gaya akustik yang intim dan reflektif, menciptakan suasana tenang namun penuh kesan di bawah langit malam.
Hari Ketiga: Workshop Seni, Talkshow Lingkungan, dan Panggung Penutup
Minggu, 27 Juli 2025 dimulai dengan workshop cukil kayu bersama Kelompok Ceting, memperkenalkan teknik seni grafis tradisional kepada publik urban. Five Harmony menyusul dengan pertunjukan akustik yang membangun suasana santai dan ramah.
Sore menjelang malam, talkshow Bhumi Bhuwana menghadirkan diskusi seputar gaya hidup berkelanjutan (sustainable lifestyle), melibatkan pelaku komunitas, UMKM lokal, dan pengunjung. Topik-topik seperti konsumsi sadar, ekonomi hijau, dan peran komunitas dalam perubahan lingkungan menjadi perbincangan hangat.
Menjelang akhir, Macapath Project tampil dengan pementasan macapat yang dikemas dalam bentuk pembacaan dramatik, mempertemukan tradisi sastra Jawa dan eksplorasi panggung modern. Penampilan Shopping List menjadi penutup festival dengan energi penuh, membangkitkan semangat kolektif seluruh pengunjung yang hadir.
Zona Komunitas: Pengalaman Festival yang Interaktif dan Kolektif
Selama tiga hari, berbagai zona komunitas memperkaya pengalaman pengunjung. Pojok Dolanan menghadirkan permainan tradisional yang dimainkan lintas generasi. Pasar Lawasan dan Thrift Area ramai dikunjungi, menampilkan produk klasik, pakaian bekas, dan sustainable fashion yang digemari pengunjung muda.
Instalasi visual Geger Boyo membentang di sepanjang venue, menciptakan lanskap artistik yang menjadi latar swafoto favorit. Walking tour bertajuk “Mlaku Sek Dab” juga menjadi fitur unik festival, membawa pengunjung menyusuri titik-titik kreatif rooftop dan berkenalan langsung dengan kisah di balik karya dan komunitas yang terlibat.
Menumbuhkan Kota dari Atas: Festival Sebagai Gerakan
The Rooftop Festival membuktikan bahwa ruang publik dapat menjadi titik temu ide, ekspresi, dan solidaritas. Lebih dari sekadar acara tahunan, festival ini adalah bentuk nyata dari kerja kolektif lintas komunitas — dari seni, budaya, lingkungan, hingga ekonomi kreatif — yang bersama-sama merayakan keberagaman dan keberlanjutan di tengah kota.
Dengan latar atap yang terbuka dan suasana kota yang membentang, festival ini menandai aktivasi awal dari ruang kreatif publik yang akan terus tumbuh bersama warga dan komunitas Yogyakarta.